gadgetpadaanak yaitu (a) pendampingan penggunaan gadgetpada anak, (b) batasi penggunaan gadgetpada anak, (c) pilih sesuai usia anak, (d) berikan contoh yang baik dan kendala yang dihadapi orangtua dalam menghadapi anak yang kecanduan gadgetyaitu (a) meliputi sebagian ibu rumah tangga dalam hal aktivitas sehari-hari, seperti FwbwZf. Someone who use gadget in the right way will get benefits. Meanwhile, people who can not control gadget itself will get some negative impact. One of negative impact is people will become addicted in gadget. This research finds the behavior of gadget addicted for students based on respectful framework. This research is qualitative descriptive design. Research instruments are interview, observation, and documentation. The primary informants come from two students of Junior High School 1 Karangrejo who also being the subject of research. Meanwhile, the proponent informant come from parents from two students who are the subject of research and school counselor. It's meant assessment by respectful framework has differences behavior and factors that influence student behaviors. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Konselor Volume 7 Number 3 2018 ISSN Print 1412-9760 – Online 2541-5948 DOI Received May 28, 2018; Revised October 13, 2018; Accepted November 30, 2018 116 Student Gadget Addiction Behavior in the Perspective of Respectful Framework Frida Putri Wardhani1 1Univeritas Negeri Surabaya *Corresponding author, e-mail fridaputri95 Abstract Someone who use gadget in the right way will get benefits. Meanwhile, people who can not control gadget itself will get some negative impact. One of negative impact is people will become addicted in gadget. This research finds the behavior of gadget addicted for students based on respectful framework. This research is qualitative descriptive design. Research instruments are interview, observation, and documentation. The primary informants come from two students of SMP Negeri 1 Karangrejo who also being the subject of research. Meanwhile, the proponent informant come from parents from two students who are the subject of research and school counselor from SMP Negeri 1 Karangrejo. It's meant assessment by respectful framework has differences behavior and factors that influence student behaviors. Keyword Gadget addiction, respectful framework, multiculture Perilaku Kecanduan Gadget Siswa dalam Perspektif Kerangka Kerja Respectful Abstrak Seseorang yang menggunakan gadget dengan cara yang benar akan mendapatkan banyak manfaat. Sementara itu, orang yang tidak dapat mengendalikan penggunaan gadget akan mendapatkan beberapa dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya adalah kecanduan gadget. Tujuan penelitian ini adalah menemukan perilaku kecanduan gadget untuk siswa berdasarkan respectful framework. Penelitian ini merupakan desain deskriptif kualitatif. Instrumen penelitian adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Informan utama berasal dari dua siswa SMP Negeri 1 Karangrejo yang juga menjadi subjek penelitian. Sementara itu, informan pendukung berasal dari orang tua dari dua siswa yang menjadi subjek penelitian dan guru BK dari SMP Negeri 1 Karangrejo. Itu berarti penilaian oleh respectful framework memiliki perbedaan perilaku dan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku siswa. Kata Kunci Kecanduan gadget, respectful framework, multikultural How to Cite Wardhani, F. P. 2018. Student Gadget Addiction Behavior in the Perspective of Respectful Framework. Konselor, 73, 116-123. This is an open access article distributed under the Creative Commons Attribution License, which permits unrestricted use , distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. ©20 18 by author Pendahuluan Di era globalisasi yang maju ini perkembangan teknologi Megantara & Suryani, 2016 dan informasi sangat pesat Aini, Graha, & Zuliana, 2017; Budiman, 2017; Laurent, 2016. Teknologi merupakan sesuatu hal yang dibutuhkan oleh manusia. Teknologi juga akan sangat membantu setiap pekerjaan yang dilakukan oleh manusia Setyowati, Isthika, & Pratiwi, 2016; Sihotang & Siboro, 2016. Salah satu teknologi yang banyak dipakai adalah gadget Fajrin, 2015; Manumpil, Ismanto, & Onibala, 2015. Apabila penggunaan gadget dapat dilakukan dengan bijak, manusia akan mendapatkan banyak manfaat dari penggunaan gadget Kamil, 2017. Tetapi jika penggunaan gadget tidak dapat dikontrol akan menimbulkan dampak negatif. Salah satu dampak negatif yang diperoleh yakni ketergantungan atau kecanduan gadget itu sendiri. Gadget dapat dimaknai sebagai suatu alat yang dapat dengan mudah terkoneksi dengan internet. KONSELOR ISSN 1412-9760 117 Kecanduan gadget merupakan aktivitas atau perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang dan akan menimbulkan dampak negatif jika perilaku tersebut tidak dapat dikontrol Nene & Gupta, 2018. Salah satu hal yang akan sangat berpengaruh jika seseorang sudah ketergantungan menggunakan gadget yakni banyaknya waktu yang tersita untuk bermain gadget. Dalam era globalisasi ini banyak anak-anak usia remaja yang sudah menggunakan gadget, bahkan para remaja ini lebih pintar menggunakan gadget daripada orang dewasa. Pada anak usia remaja, mereka akan cenderung lebih mudah mempelajari sesuatu hal yang berkaitan dengan gadget dibandingkan dnegan orang dewasa. Hal tersebut dikarenakan pada perkembangan anak usia remaja mempunyai rasa ingin tahu yang lebih besar Maimunah & UMM, 2015; Muslihatun & Santi, 2015; Yutifa & Dewi, 2015 dibandingkan dengan orang dewasa. Orang dewasa mempunyai self control yang lebih daripada anak usia remaja. Perilaku yang ditampilkan oleh pecandu gadget, misalnya cenderung merasa ponsel-nya bergetar, merasa jika ada pesan masuk atau pembaharuan. Namun ketika diperiksa gadget-nya tidak ada pesan/pangilan/pengingat apapun. Itulah imajinasi seseorang yang mengalami kecanduan gadget. Salah satu contoh bentuk penggunaan gadget yang tidak dapat dikontrol yang dapat mengakibatkan kecanduan gadget adalah kasus perilaku “gila” anak Bondowoso yang kecanduan gadget parah. Menurut laman Antara, Poli Jiwa RSUD dr Koesnadi Bondowoso, Jawa Timur, pihak Poli Jiwa RSUD dr Koesnadi Bondowoso, terdapat dua siswa yang kecanduan gadget dan laptop yang dikategorikan sebagai guncangan jiwa Soebisono, 2018. Kecanduan dua anak ini tergolong parah karena berperilaku mengerikan jika tidak diberi izin memegang atau menggunakan gadgetnya. Bahkan disebutkan salah satunya membentur benturkan kepalanya ke tembok ketika sangat ingin memakai gadget namun tidak diizinkan oleh orangtuanya. Pada kasus dua anak kecanduan gadget di Bondowoso tersebut sempat dilakukan psikotes, hasil psikotes dari salah satu anak tersebut menunjukkan hasil jika anak tersebut mengidetifikasikan dirinya sebagai pembunuh. Sementara orang yang paling dibencinya dalah kedua orangtuanya yang dianggap sebagai penghalang antara dirinya dan gadget. Kecanduan merupakan perilaku ketergantungan terhadap sesuatu hal yang disenangi Cooper, 2000. Seseorang biasanya akan melakukan sesuatu hal disenangi tersebut apabila mereka mempunyai kesempatan untuk melakukan hal yang disenangi tersebut. Individu dapat dikatakan kecanduan apabila individu melakukan suatu kegiatan secara terus-menerus dan melakukan kegiatan yang sama sebanyak lebih dari lima kali dalam sehari. Kecanduan merupakan perilaku kompulsif Febriandari & Nauli, 2016; Parengkuan, 2017; Putri & Lestari, 2016, adanya ketergantungan serta kurangnya kontrol Adi Prasetyo, AMir, & Psi, 2017; Setiono, Ardianto, & Erandaru, 2018. Perilaku dapat dikatakan sebagai perilaku kecanduan apabila perilaku tersebut tidak dapat dikontrol dan dapat menimbulkan dampak negatif bagi yang bersangkutan Kasetyaningsih, 2015; Swastika, 2016. Data yang diperoleh di lapangan setelah melakukan studi pendahuluan dengan melakukan wawancara dengan guru BK yang mengacu pada pedoman wawancara di SMP Negeri 1 Karangrejo adalah sering ada guru mata pelajaran yang melapor pada guru BK bahwa beberapa murid bermain gadget saat pelajaran. Selain itu ada peraturan di sekolah tersebut yang menyatakan bahwa siswa-siswanya dilarang membawa gadget ke sekolah. Tetapi ketika di sekolah tersebut diadakan razia gadget justru banyak siswa yang kedapatan membawa gadget ke sekolah. Dari hasil pengamatan guru BK perilaku bermain gadget secara terus-menerus tersebut juga mempengaruhi hubungan sosial siswa. Siswa lebih cenderung bersifat individualis. Mengobrol hanya dengan teman satu geng-nya saja dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain gadget. Data tersebut diperkuat dengan pengambilan data dengan menggunakan angket yang Smartphone Addiction Scale SAS. Alat ukur tersebut diadopsi dari alat ukur smartphone addiction Kwon et al., 2013. Skala smartphone addiction yang digunakan terdiri dari 33 item dengan skala Likert enam poin 1 sangat tidak setuju dan 6 sangat setuju. Hasil analisis dikategorikan menjadi a. Skor ≥ 99 tingkat kecanduan tinggi dan b. Skor 0,05 dan nilai koefisien korelasi sebesar rxy = 0,074. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara kebahagiaan dengan intensi bermedia sosial, artinya tinggi dan rendahnya intensi bermedia sosial siswa tidak secara langsung berkorelasi dengan kebahagiaan siswa. Hal tersebut terjadi kemungkinan karena ada faktor lain yang lebih dapat menjelaskan, seperti faktor kepribadian, lingkungan sosial, maupun kondisi Maguire Alexandra MacdonaldSarah C. KrillCasey T TaftThere is a dearth of empirical literature characterizing the various forms of trauma experienced by men court mandated to intervention for intimate partner violence IPV perpetration. We investigated the potentially traumatic events PTEs experienced by men N = 217 court mandated to enroll in a 41-week group IPV perpetrator program, as well as the relationships between PTEs, posttraumatic stress disorder PTSD symptoms, and IPV. Findings indicated that 94% of participants reported experiencing at least 1 PTE in their lifetime, and participants experienced an average of over 6 out of 14 types of PTEs. A significant association was found between the number of PTEs experienced and frequency of self-reported perpetration of physical and psychological IPV. PTSD symptoms were also related to both forms of IPV perpetration and mediated the relationship between experiencing PTEs and psychological IPV perpetration. Our findings have implications for understanding how trauma and PTSD symptoms may increase risk for IPV and for developing trauma-informed interventions for this population. PsycINFO Database Record c 2015 APA, all rights reserved.Beth S. Gershuny Julian F ThayerRecently, there has been a resurgence of interest in relations among psychological trauma, dissociative phenomena, and various forms of trauma-related distress that has spawned a prolific amount of research. To date, a relatively comprehensive review of this recent research is lacking. Thus, this paper provides such a review to help summarize and synthesize recent findings, illuminate study limitations, and offer suggestions for future research. In general, findings have revealed fairly strong and consistent relations among the constructs of trauma, dissociation, and trauma-related distress posttraumatic stress disorder, borderline personality disorder, bulimia; individuals who have experienced a traumatic event are more likely to dissociate than individuals who have not, and individuals who experience more dissociative phenomena are more likely to also experience higher levels of trauma-related distress. It is theorized here that dissociative phenomena and subsequent trauma-related distress may relate to fears about death and fears about loss or lack of control above and beyond the occurrence of the traumatic event itself. Such fears about death and loss/lack of control may also help differentiate traumatized individuals who psychologically suffer to varying degrees. Possible functions of dissociation in response to trauma and in relation to forms of trauma-related distress are considered and discussed. Daniel S PineJudith A. CohenThe recent wave of terrorism affecting the United States and other countries raises concerns about the welfare of children and adolescents. This review is designed to address such concerns by summarizing data from two scientific areas. First, a series of recent studies examine psychiatric outcomes over time in children exposed to various forms of trauma. This review summarizes data on the various psychiatric consequences of childhood exposure to trauma, with specific emphasis on identifying factors that predict psychiatric outcome. Prior studies suggest that level of exposure, evidence of psychopathology before trauma exposure, and disruption in social support networks consistently emerge as strong predictors of psychopathology following exposure to trauma. Hence, clinicians might monitor children exposed to trauma most closely when they present with these risk factors. Second, a series of randomized controlled trials documents the beneficial effects of cognitive behavioral therapy CBT in children exposed to sexual abuse. When combined with other data from open studies and controlled trials in nontraumatized children, these studies suggest that CBT represents a logical therapeutic option for children developing anxiety symptoms following the recent wave of terrorism. In terms of psychopharmacological treatments, data from randomized controlled trials in traumatized children have not been generated, but recent studies in other groups of children exhibiting symptoms of anxiety or depression suggest the utility of selective serotonin reuptake game addiction in children and teenagers in Taiwan is associated with levels of animosity, social skills, and academic achievement. This study suggests that video game addiction can be statistically predicted on measures of hostility, and a group with high video game addiction has more hostility than others. Both gender and video game addiction are negatively associated with academic achievement. Family function, sensation seeking, gender, and boredom have statistically positive relationships with levels of social skills. Current models of video game addiction do not seem to fit the findings of this Tingkat Kecanduan Gadget Dengan Gangguan Emosi Dan Perilaku Remaja Usia 11-12 TahunA R AsifF A RahmadiAsif, A. R., & Rahmadi, F. A. 2017. Hubungan Tingkat Kecanduan Gadget Dengan Gangguan Emosi Dan Perilaku Remaja Usia 11-12 Tahun. Faculty of Interaksi Sosial pada Era Teknologi Melalui Pendidikan Jasmani & Olahraga. Paper presented at the Seminar Nasional Pendidikan OlahragaA GhunaifiGhunaifi, A. 2017. Merestorasi Interaksi Sosial pada Era Teknologi Melalui Pendidikan Jasmani & Olahraga. Paper presented at the Seminar Nasional Pendidikan Olahraga.

wawancara tentang kecanduan gadget