Kelakakan Aku perIihatkan kepadamu tanda-tanda azab-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera. "Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya, dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya, dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta
Padamanusia hal yang hampir sama juga terjadi. Jika beban pikiran terus menumpuk, maka suatu saat bisa menimbulkan stress. Untuk mengatasi hal tersebut, pada komputer diatasi dengan antivirus. Antivirus akan mendelete (menghapus) virus-virus yang mengganggu sistem kerja komputer. Pada manusia antivirusnya adalah memaafkan.
HukumPekurban Tidak Melihat Langsung Penyembelihan Kurban. Pada dasarnya, menyaksikan penyembelihan hewan kurban bagi yang melaksanakannya adalah sunnah bukan merupakan kewajiban. Hal ini juga sebagaimana pendapat para ulama (Lihat Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuha, Wahbah Zuhaili: 3/625). Syaikh DR.
Translationsin context of "MANUSIA ITU SESUNGGUHNYA" in indonesian-english. HERE are many translated example sentences containing "MANUSIA ITU SESUNGGUHNYA" - indonesian-english translations and search engine for indonesian translations.
Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya", Q. S At Tien: 4). Namun kadangkala, manusia itu sendiri tidak pernah tau kalau dia itu makhluk yang sempurna dan makhluk yang paling baik Allah ciptakan, sehingga jangankan untuk mengenal Tuhan, mengenal dirinya saja ia tidak tau.
rumahtempat tinggalnya. Rumah bagi manusia bukan sekedar sarang atau liang untuk hidup. Rumah bagi manusia dibangun dengan pemikiran dan pemahaman tertentu. untuk itu, "terciptalah" arsitektur bangunan dengan berbagai macam gaya, seni, dan fungsi. Manusia juga mengembangkan alat-alat kerjanya agar hidupnya semakin dipermudah.
Katajam'an (جمعا) digunakan dalam Al Quran untuk menunjuk kelompok besar dan selalu menduga akan mampu meraih kemenangan. dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya, Kata syahiid (شهيد) berasal dari syahida (شهد) yang artinya menyaksikan. Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, sesungguhnya manusia itu benar
Dansesungguhnya Aku akan mengutus kepada kalian rasul dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya. (Al-'Adiyat [100]: 7) Demikian pula permintaan, adakalanya dengan ucapan, adakalanya dengan keadaan (sikap dan perbuatan), seperti pengertian yang terkandung di dalam firman Allah subhanahu wa ta'ala.:
Salahseorang ilmuan mengatakan, "ketidaktahuan kita tentang manusia akan terus berlangsung selamanya" Allah SWT memberitahu para hambanya dalam firmanNya yang artinya : "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya" (QS. Qaaf : 16)
Tafsiras-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H 7. "Dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya," yakni sesungguhnya manusia menyaksikan keengganannya menunaikan kewajiban dan keingkaran yang ia ketahui pada dirinya, ia tidak membantah dan tidak mengingkarinya: karena itu adalah sesuatu yang jelas.
Halitu kami lakukan agar di hari kiamat nanti mereka tak lagi beralasan dengan mengatakan, 'Sesungguhnya kami tidak tahu apa-apa mengenai keesaan Tuhan ini. ' (1) Penjelasan makna sulbi, lihat catatan kaki tafsir surat al-Thâriq: 7. القرآن الكريم - الأعراف٧ :١٧٢. Al-A'raf 7:172. QuranO Youtube Channel.
Sesungguhnyabahwa Tuhan sendiri yang membimbing manusia untuk mencari tujuan akhir hidupnya. Tuhan yang menciptakan kita, menanamkan di dalam hati kita kerinduan hati untuk kembali kepada-Nya, darimana kita berasal, dan tujuan akhir tempat kita berpulang. Betapa kiamatnya hidup saya menyaksikan anak-anak yang masih kecil-kecil yang benar
Ketiga Manusia akan Menyaksikan Kekufurannya Dalam ayat selanjutnya disebutkan, bahwa sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya". Ada dua tafsiran mengenai ayat di atas: Allah akan menjadi saksi terhadap apa yang diperbuat manusia. Maksudnya di sini adalah Allah akan membalas kekufuran manusia.
AlQur'an Surat Yunus: 44, Sesungguhnya Allah tidak menzhalimi manusia sedikit pun, tetapi manusia itulah yang menzhalimi dirinya sendiri. bahwa Dia tidak akan menganiaya hambanya dan tidak akan mengurangi daya indera dan semua alat yang dimiliki manusia untuk memperoleh petunjuk, agar mereka sampai kepada kebenaran dan dapat mempedomani
Sebagianulama yang lain berpandangan bahwa dhamir "kata ganti" هُ pada وَإِنَّهُ kembali kepada manusia itu sendiri, sehingga makna ayat menjadi, "Sesungguhnya manusia itu tahu dan menyaksikan sendiri akan keingkarannya." (lihat Tafsir al-Baghowi 8/509)
geUN. فَلَمَّا أَنْجَاهُمْ إِذَا هُمْ يَبْغُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ ۗ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا بَغْيُكُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِكُمْ ۖ مَتَاعَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ ثُمَّ إِلَيْنَا مَرْجِعُكُمْ فَنُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kezaliman di muka bumi tanpa alasan yang benar. Hai manusia, sesungguhnya bencana kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri; hasil kezalimanmu itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada Kami-lah kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Ingin rezeki berlimpah dengan berkah? Ketahui rahasianya dengan Klik disini! Tafsir Jalalayn Tafsir Quraish Shihab Diskusi Maha setelah Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kelaliman di muka bumi tanpa alasan yang benar mereka melakukan kemusyrikan. Hai manusia, sesungguhnya perbuatan kelewat batas kalian perbuatan kelaliman kalian akan menimpa diri kalian sendiri karena sesungguhnya yang menanggung dosanya adalah diri kalian sendiri hal itu hanyalah kenikmatan duniawi kalian bersenang-senang dengannya dalam waktu yang sedikit. Kemudian kepada Kamilah kembali kalian sesudah mati lalu Kami kabarkan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan maka Kami membalas kalian berdasarkannya. Menurut suatu qiraat lafal mataa'un dibaca nashab sehingga menjadi mataa'an, artinya kalian bersenang-senang. Lalu, ketika Dia menolong mereka dari kebinasaan yang hampir menimpa, mereka mengingkari janji dan kembali dengan cepat kepada kejahatan sebagaimana keadaan mereka semula. Wahai manusia yang mengingkari janji, sesungguhnya dampak buruk dari kejahatan dan kezaliman kalian akan kembali kepada kalian sendiri. Dan sesungguhnya kenikmatan yang kalian rasakan di dunia adalah kenikmatan duniawi yang fana. Kemudian kepada Allahlah, pada akhirnya, tempat kembali kalian. Dia akan memberikan balasan dari segala perbuatan yang telah kalian lakukan di dunia. Anda harus untuk dapat menambahkan tafsir Admin Submit 2015-04-01 021331 Link sumber Yaitu dengan berbuat syirk. Mereka lupa terhadap peristiwa itu dan doa yang mereka panjatkan kepada Allah saat itu serta janji yang mereka ungkapkan. Mereka lupa kepada semua itu dan berbuat syirk lagi kepada Allah. Yakni dosanya ditangung olehmu sendiri. Yakni hanya sebentar saja, yang sifatnya akan digambarkan oleh Allah Subhaanahu wa Ta'aala setelah ayat ini. Setelah kamu mati. Lalu Allah memberikan balasan terhadapnya. Dalam ayat ini terdapat peringatan yang dalam terhadap mereka jika tetap di atas perbuatan itu.
Surat Al Adiyat العاديات adalah surat ke-100 dalam Al Quran. Berikut ini terjemahan, asbabun nuzul, dan tafsir Surat Al Adiyat. Surat ini terdiri dari 11 ayat. Termasuk Surat Makkiyah. Dinamakan surat Al Adiyat yang berarti kuda yang berlari kencang. Nama ini diambil dari ayat pertama yang Allah bersumpah dengannya. Surat ini tidak memiliki nama lain. Surat Al Adiyat dan ArtinyaAsbabun NuzulTafsir Surat Al AdiyatSurat Al Adiyat ayat 1Surat Al Adiyat ayat 2Surat Al Adiyat ayat 3Surat Al Adiyat ayat 4Surat Al Adiyat ayat 5Surat Al Adiyat ayat 6Surat Al Adiyat ayat 7Surat Al Adiyat ayat 8Surat Al Adiyat ayat 9Surat Al Adiyat ayat 10Surat Al Adiyat ayat 11Penutup Tafsir Surat Al Adiyat Berikut ini Surat Al Adiyat dalam tulisan Arab, tulisan latin dan artinya dalam bahasa Indonesia وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحًا 1 فَالْمُورِيَاتِ قَدْحًا 2 فَالْمُغِيرَاتِ صُبْحًا 3 فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعًا 4 فَوَسَطْنَ بِهِ جَمْعًا 5 إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ 6 وَإِنَّهُ عَلَى ذَلِكَ لَشَهِيدٌ 7 وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ 8 أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ 9 وَحُصِّلَ مَا فِي الصُّدُورِ 10 إِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَخَبِيرٌ Wal aadiyaati dlobhaa. Falmuuriyaati qodhaa. Falmughiirooti shubhaa. Fa atsarna bihii naq’aa. Fawasathna bihii jam’aa. Innal insaana lirobbihii lakanuud. Wa innahuu alaa dzaalika lasyahiid. Wa innahuu lihubbil khoiri lasyadiid. Afalaa ya’lamu idzaa bu’tsiro maafil qubuur. Wahushshila maa fish shuduur. Inna robbahum bihim yaumaidzil lakhobiir ArtinyaDemi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah, dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan kuku kakinya, dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi, maka ia menerbangkan debu, dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh. sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya, dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan sendiri keingkarannya, dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta. Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur, dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada, sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka. Asbabun Nuzul Sebagian ulama berselisih apakah surat ini turun sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah atau sebelumnya. Yang berpendapat surat ini Madaniyah, karena ada hadits yang diriwayatkan Bazzar, Ibnu Abi Hatim dan Hakim tentang asbabun nuzul ayat 1 Surat Al Adiyat. Dari Ibnu Abbas, ia berkata Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengirim pasukan berkuda. Selama satu bulan tak ada kabar. Lantas turunlah Surat Al Adiyat. Asbabun nuzul ini dicantumkan Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir. Mayoritas ulama berpendapat bahwa surat ini termasuk surat Makkiyah. Bahkan disebutkan, Surat Al Adiyat merupakan surat ke-13 yang turun kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Yakni turun setelah Surat Al Ashr dan sebelum Surat Al Kautsar. Sedangkan secara urutan mushaf, ia merupakan surat ke-100. Yakni setelah Surat Al Zalzalah. Jika surat Al Zalzalah diakhiri dengan balasan atas setiap kebaikan dan keburukan, surat Al Adiyat menjelaskan apa yang mengantarkan pada amal-amal buruk tersebut. Surat Al Adiyat secara umum menggambarkan kerugian kebanyakan manusia pada hari terjadinya zalzalah kiamat. Yakni mereka yang ingkar kepada nikmat Allah, bakhil karena cinta dunia dan tidak mempersiapkan diri menghadapi akhirat. Tafsir Surat Al Adiyat Tafsir surat Al Adiyat ini kami sarikan dari Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil Quran, Tafsir Al Azhar, Tafsir Al Munir dan Tafsir Al Misbah. Ia bukan tafsir baru melainkan ringkasan kompilasi dari tafsir-tafsir tersebut. Juga ditambah dengan referensi lain seperti Awwal Marrah at-Tadabbar al-Qur’an dan Khawatir Qur’aniyah. Surat Al Adiyat ayat 1 وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحًا Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah, Kata al adiyat العاديات berasal dari kata adaa – ya’duu عدا – يعدوا yang berarti jauh atau melampaui batas. Dari kata itu muncul berbagai derivasi namun tetap mengandung makna jauh. Misalnya aduw عدو yang artinya musuh. Bermusuhan karena jauhnya hati. Ada pula al aduw العدو yang artinya berlari cepat. Menempuh jarak jauh dalam waktu singkat. Ada pula udwaan عدوان yang artinya agresi. Karena yang melakukannya jauh dari kebenaran dan keadilan. Secara harfiah, kata al adiyat العاديات berarti yang berlari kencang. Kata ini tidak menjelaskan siapa pelakunya. Menurut jumhur ulama termasuk Ibnu Abbas, artinya adalah kuda yang berlari kencang. Namun menurut Ali bin Abu Thalib, al adiyat di ayat ini adalah unta. Ia berhujjah, pada Perang Badar, kaum muslimin mengendarai unta. Hanya ada dua ekor kuda yang dibawa yakni milik Az Zubair dan Al Miqdad. Sementara yang mayoritas mengartikan kuda berhujjah, sebab sifat-sifat dalam surat ini ada pada kuda, bukan unta. Mulai dari mengeluarkan dengusan nafas saat berlari, hingga mengeluarkan percikan api. Unta secepat apa pun larinya, ia tak bisa menghasilkan percikan api. Kata dhabhan ضبحا berarti dengusan nafas saat berlari. Ibnu Abbas mengatakan, tidak ada binatang yang mengeluarkan dengusan nafas saat berlari kecuali kuda dan anjing. Ibnu Katsir menjelaskan, dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala bersumpah dengan menyebut kuda apabila dilarikan di jalan Allah, maka ia lari dengan kencang dan keluar suara dengus nafasnya. Surat Al Adiyat ayat 2 فَالْمُورِيَاتِ قَدْحًا dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan kuku kakinya, Kata al muuriyaat الموريات menunjukkan pelaku yang menyalakan api. Dari kata waraa – waryan ورى – وريا atau wariya – yarii ور ي- يري yang artinya menyalakan api. Kata fa ف sebelum al muuriyaat menunjukkan bahwa nyala atau percikan api itu merupakan akibat dari berlari kencang. Kata qadhan قدحا berasal dari kata qadaha قدح yang artinya mengeluarkan atau memercikkan. Baik air dari kolam, kuah dari mangkuk maupun api dari batu, ia disebut qadhan jika keluarnya sedikit. Karenanya ayat ini dipahami kuda yang berlari kencang hingga menimbulkan percikan api akibat gesekan kakinya dengan batu. Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini “yakni suara detak teracaknya ketika menginjak batu-batuan, lalu keluarlah percikan api darinya.” Surat Al Adiyat ayat 3 فَالْمُغِيرَاتِ صُبْحًا dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi, Kata al mughiirat المغيرات merupakan bentuk jamak dari al mughiir المغير. Berasal dari kata aghaara أغار yang artinya bercepat-cepat melangkah. Dari situ kemudian makna umumnya menjadi serangan mendadak yang dilakukan dengan mengendarai kuda. Kata shubhan صبحا artinya adalah waktu subuh. Menggambarkan serangan itu cepat dan mendadak waktunya. “Yaitu di waktu musuh sedang lengah, lalai atau mengantuk. Angkatan perang itu tiba-tiba datang laksana diturunkan dari langit,” kata Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar. Orang yang mengartikan al adiyat dengan unta, menafsirkan ayat ini sebagai berangkat di waktu Subuh dari Muzdalifah ke Mina. Namun pendapat ini tidak sekuat tafsir tentang kuda perang yang juga merupakan pendapat Ibnu Abbas, Mujahid dan Qatadah. Surat Al Adiyat ayat 4 فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعًا maka ia menerbangkan debu, Ibnu Katsir menjelaskan, maknanya adalah tempat yang kuda-kuda dan unta-unta itu berada, baik dalam ibadah haji maupun dalam jihad, debu-debuh beterbangan karenanya. Baca juga Ayat Kursi Surat Al Adiyat ayat 5 فَوَسَطْنَ بِهِ جَمْعًا dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh. Kata jam’an جمعا digunakan dalam Al Quran untuk menunjuk kelompok besar dan selalu menduga akan mampu meraih kemenangan. Menurut Buya Hamka, artinya adalah kumpulan musuh. Sebagian mufassir menjelaskan, lima ayat yang dimulai dengan sumpah Allah ini menggambarkan cepatnya kedatangan kiamat. Laksana serangan mendadak pasukan berkuda di pagi hari pada zaman dulu. Syaikh Adil Muhammad Khalil menjelaskan, sumpah Allah dengan kuda perang dalam lima ayat ini untuk menunjukkan bahwa kuda melakukan itu semua meskipun dengan terengah-engah demi memenuhi kehendak tuannya. Lalu mengapa manusia justru ingkar kepada Allah dan tidak melakukan apa yang diperintahkan demi mendapat ridha-Nya? Surat Al Adiyat ayat 6 إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya, Kata kanuud كنود merupakan bentuk superlatif dari kata kanada كند yang artinya tandus. Bentuk superlatif ini menggambarkan betapa besar kekufuran dan keingkaran manusia sehingga tidak mau memberikan bantuan sekecil apa pun. Buya Hamka mengatakan, arti kanuud adalah tidak berterima kasih, melupakan jasa. “Berapapun nikmat diberikan Allah, ia tidak merasa puas dengan yang telah ada itu bahkan minta tambah lagi. Nafsunya tidak pernah merasa cukup dan kenyang; yang ada tidak disyukurinya, yang datang terlebih dahulu dilupakannya.” Ibnu Katsir menafsirkan, sesungguhnya manusia itu benar-benar mengingkari nikmat-nikmat Tuhannya. Surat Al Adiyat ayat 7 وَإِنَّهُ عَلَى ذَلِكَ لَشَهِيدٌ dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan sendiri keingkarannya, Kata syahiid شهيد berasal dari syahida شهد yang artinya menyaksikan. Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, sesungguhnya manusia itu benar-benar menyaksikan sendiri mengakui keingkaran dirinya melalui sepak terjangnya. Terlihat jelas dari ucapan dan perbuatannya. Surat Al Adiyat ayat 8 وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta. Kata al khair الخير juga punya arti kebaikan. Namun di ayat ini, artinya adalah harta benda. Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir menegaskan makna ini sebagaimana firman Allah pada Surat Al Baqarah ayat 180. كُتِبَ عَلَيْكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ إِنْ تَرَكَ خَيْرًا الْوَصِيَّةُ لِلْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ بِالْمَعْرُوفِ حَقًّا عَلَى الْمُتَّقِينَ Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan tanda-tanda maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma’ruf, ini adalah kewajiban atas orang-orang yang bertakwa. QS. Al Baqarah 180 Kata syadiid شديد berasal dari kata syadda شدّ yang bisa berarti menguatkan ikatan. Karena ikatannya dengan harta sangat kuat, ia enggan untuk melepaskannya. Ia menjadi sangat bakhil. Ada dua penafsiran ayat ini. Pertama, sesungguhny manusia itu sangat mencintai harta. Kedua, sesungguhnya karena kecintaannya kepada harta membuatnya jadi kikir. Ibnu Katsir membenarkan kedua penafsiran ini. Surat Al Adiyat ayat 9 أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur, Kata bu’tsira القارعة awalnya bermakna membolak-balik sesuatu. Kata ini memberi kesan kegelisahan dan ketergesaan. Misalnya membolak-balikkan lemari karena mencari sesuatu. Dalam kubur nanti, dicari dan dibongkar dengan ketergesaan hingga gelisahlah isi hati yang dibongkar. Menurut Ibnu Katsir, maknanya adalah dikeluarkannya orang-orang yang telah mati dari dalam kuburnya. Az Zuhaili juga menafsirkan, orang-orang yang di dalam kubur akan dibangkitkan. Begitu pula Sayyid Qutb dan Buya Hamka. Surat Al Adiyat ayat 10 وَحُصِّلَ مَا فِي الصُّدُورِ dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada, Kata hushshila حصل memiliki arti memisahkan, mengemukakan atau menghimpun. Kata ash shuduur الصدور merupakan bentuk jamak dari ash shadr الصدر yang artinya dada. Maknanya adalah hati manusia. Menurut Ibnu Abbas, maknanya adalah apabila dilahirkan dan ditampakkan apa yang selama itu mereka sembunyikan dalam hati. Surat Al Adiyat ayat 11 إِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَخَبِيرٌ sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka. Kata khabir خبير berasal dari khabar خبر yang artinya pencarian untuk mencapai pengetahuan yang pasti tentang hakikat sesuatu. Jika dipakai sebagai sifat Allah, ia mengandung arti pengetahuan-Nya menyangkut hal-hal yang detil serta tersembunyi, betatapun kecilnya sesuatu dan betapapun tersembunyi, pasti diketahui Allah. Baca juga Isi Kandungan Surat Al Adiyat Penutup Tafsir Surat Al Adiyat Surat Al Adiyat ini diawali dengan sumpah Allah. Dia bersumpah dengan kuda perang yang lari kencang tengerah-engah hingga memercikkan api saat kakinya bergesekan dengan batu. Semua itu rela dilakukan kuda demi memenuhi kehendak tuannya. Mengingatkan manusia, mengapa justru mereka ingkar kepada nikmat-nikmat Allah. Mengapa tidak seperti kuda yang siap dikendalikan ke medan perang kapan saja. Maka manusia diingatkan agar tidak mencintai dunia yang membuat bakhil. Sementara nanti ketika dibangkitkan dari kubur, harta dunia yang dulu dicintainya itu tak memberi manfaat apa-apa. Pada saat itu, ditampakkan segala yang tersembunyi dalam hati. Termasuk betapa besar cintanya kepada dunia. Termasuk betapa besar kebakhilannya. Manusia diingatkan hari kebangkitan; ada hisab, ada balasan. Dan Allah Maha Mengetahui serta tak ada yang tersembunyi dari-Nya meskipun dirahasiakan rapat-rapat dalam hati. Demikian Surat Al Adiyat mulai dari terjemahan hingga tafsirnya. Semoga kita diselamatkan Allah dari cinta dunia dan kebakhilan. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]
Manusia begitu ingkar pada nikmat Rabbnya. Mereka amat cinta pada harta dan bersikap pelit. Kelak semua itu akan ditampakkan oleh Allah dan akan dibalas. Allah Ta’ala berfirman, وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحًا 1 فَالْمُورِيَاتِ قَدْحًا 2 فَالْمُغِيرَاتِ صُبْحًا 3 فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعًا 4 فَوَسَطْنَ بِهِ جَمْعًا 5 إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ 6 وَإِنَّهُ عَلَى ذَلِكَ لَشَهِيدٌ 7 وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ 8 أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ 9 وَحُصِّلَ مَا فِي الصُّدُورِ 10 إِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَخَبِيرٌ 11 “Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan kuku kakinya, dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi, maka ia menerbangkan debu, dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh. Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Rabbnya, dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan sendiri keingkarannya. Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta. Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur, dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada? Sesungguhnya Rabb mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka.” QS. Al Adiyat 1-11. Kuda Perang Ketika Menyerang Musuh Dalam surat Al Adiyat ini, Allah bersumpah dengan kuda. Kuda adalah di antara karunia Allah pada makhluk-Nya. Kuda di sini memiliki keistimewaan khusus dibanding hewan-hewan lainnya. Kuda tersebut dikatakan berlari kencang dengan terengah-rengah. Kuda tersebut memercikkan api karena sentakan kakinya yang mengenai batu saat berlari kencang. Kuda tersebut kemudian menyerang musuhnya di waktu Shubuh. Lalu kuda tersebut menerbangkan debu-debu. Kuda tersebut kemudian menyerang musuhnya hingga menebus ke tengah-tengah mereka. Inilah yang digunakan untuk bersumpah oleh Allah dalam awal-awal surat ini. Manusia Sangat Ingkar Adapun isi sumpah dijelaskan mulai pada ayat, إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ “Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Rabbnya.” Makna “al kanud” adalah al kafur, yaitu mengingkari nikmat Rabbnya. Demikian kata Ibnu Abbas dan lainnya. Al Hasan Al Bashri mengatakan, هو الذي يعد المصائب، وينسى نعم ربه “Manusia itu terus menghitung-hitung musibah. Namun melupakan betapa banyak nikmat yang telah Rabbnya beri.” Tafsir Al Qur’an Al Azhim, 7 634. Akan Menyaksikan Kekufurannya Dalam ayat selanjutnya disebutkan, وَإِنَّهُ عَلَى ذَلِكَ لَشَهِيدٌ “dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan sendiri keingkarannya“. Ada dua tafsiran mengenai ayat di atas 1- Allah akan menjadi saksi terhadap apa yang diperbuat manusia. Demikian dikatakan oleh Qotadah dan Sufyan Ats Tsauri. Maksudnya di sini adalah Allah akan membalas kekufuran manusia. 2- Manusia akan menjadi saksi atas kekufuran mereka sendiri. Demikian pendapat Muhammad bin Ka’ab Al Qurthubi. .” Lihat Tafsir Al Qur’an Al Azhim, 7 635. Bakhil Karena Cinta Harta Adapun ayat, وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ “Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta.” Khoir atau kebaikan dalam ayat ini yang dimaksud adalah harta. Namun ada dua pendapat dalam memaknakan ayat tersebut 1- Manusia sangat cinta pada harta. 2- Manusia sangat pelit bakhil. Kedua makna di atas adalah makna yang shahih benar kata Ibnu Katsir. Zuhud pada Dunia dan Ingat Kehidupan Akhirat Selanjutnya Allah memotivasi untuk zuhud pada dunia dan bersemangat menggapai akhirat. Allah ingatkan pula apa yang terjadi setelah alam dunia. Perhatikan ayat selanjutnya, أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ 9 وَحُصِّلَ مَا فِي الصُّدُورِ 10 “Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur, dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada?” Yang dimaksudkan ayat di atas adalah “tidakkah mereka tahu bagaimana keadaan mayit yang dibangkitkan dari alam kubur?” Lalu disebutkan selanjutnya “tidakkah mereka tahu apa yang dikeluarkan dari dalam dada”, maksudnya adalah sesuatu yang nanti akan ditampakkan dari dalam hatinya? Artinya, segala rahasia dan apa yang tersembunyi dalam hati akan ditampakkan kelak. Allah Maha Mengetahui … Dalam akhir ayat disebutkan, إِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَخَبِيرٌ “Sesungguhnya Rabb mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka.” Maksudnya -kata Ibnu Katsir- bahwa Allah mengetahui segala yang mereka perbuat dan akan membalasnya, juga sama sekali Allah tidak berbuat zhalim sedikit pun kepada manusia. Syaikh As Sa’di rahimahullah berkata, “Allah mengetahui perbuatan hamba yang lahir dan batin, yang nampak maupun yang tersembunyi. Allah pun akan membalas perbuatan tersebut. Pengetahuan Allah di sini dimaksudkan untuk keadaan pada hari kiamat. Padahal Allah memiliki sifat mengetahui setiap saat karena yang dimaksud pengetahuan Allah di sini adalah balasan Allah terhadap amalan hamba. Balasan itu karena Allah mengetahui apa yang manusia perbuat.” Hanya Allah yang memberi taufik. Baca Juga Bersedekah dengan Harta yang Paling Dicintai Teladan dari Abu Thalhah 40 Alasan Kenapa Ilmu Agama itu Lebih Baik daripada Harta Referensi Taisir Al Karimir Rahman fii Tafsiril Kalamil Mannan, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, terbitan Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, tahun 1423 H. Tafsir Al Qur’an Al Azhim, Ibnu Katsir, terbitan Dar Ibnul Jauzi, cetakan pertama, tahun 1431 H. — Di sore hari menjelang berbuka Pesantren Darush Sholihin, Panggang-Gunungkidul, 7 Ramadhan 1434 H Artikel Silakan follow status kami via Twitter RumayshoCom, FB Muhammad Abduh Tuasikal dan FB Fans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat
Tafsir Surat al-AadiyaatSegala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu alaihi wa sallam. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'duPada sejatinya Allah tabaraka wa ta'ala menurunkan kitab suci al-Qur'an adalah supaya direnungi isinya lalu diamalkan dalam praktek keseharian. Hal itu, bisa terlihat jelas dalam banyak ayat yang menjelaskan akan hal ini, seperti salah satunya yang telah dititahkan melalui firman -Nya﴿ كِتَٰبٌ أَنزَلۡنَٰهُ إِلَيۡكَ مُبَٰرَكٞ لِّيَدَّبَّرُوٓاْ ءَايَٰتِهِۦ وَلِيَتَذَكَّرَ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ ٢٩﴾ [ص 29 ]"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka mentadaburi ayat-ayat -Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran". QS Shaad 29.Maka kajian kita kali ini akan mengkaji salah satu surat dalam al-Qur'an yaitu surat al-Aadiyaat. Surat al-Adiyaat termasuk dalam bagian surat-surat pendek yang mungkin sekali kita sering mendengarnya dan telah banyak dihafal oleh kebanyakan kaum muslimin. Sehingga menjadikan hal tersebut, lebih ditekankan lagi untuk memahami makna serta isi kandungan yang tersimpan hukum-hukum Shubhanahu wa ta’alla memulai firmannya dengan mengatakan﴿ وَٱلۡعَٰدِيَٰتِ ضَبۡحٗا ١ فَٱلۡمُورِيَٰتِ قَدۡحٗا ٢ فَٱلۡمُغِيرَٰتِ صُبۡحٗا ٣ فَأَثَرۡنَ بِهِۦ نَقۡعٗا ٤ فَوَسَطۡنَ بِهِۦ جَمۡعًا ٥ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لِرَبِّهِۦ لَكَنُودٞ ٦ وَإِنَّهُۥ عَلَىٰ ذَٰلِكَ لَشَهِيدٞ ٧ وَإِنَّهُۥ لِحُبِّ ٱلۡخَيۡرِ لَشَدِيدٌ ٨ ۞أَفَلَا يَعۡلَمُ إِذَا بُعۡثِرَ مَا فِي ٱلۡقُبُورِ ٩ وَحُصِّلَ مَا فِي ٱلصُّدُورِ ١٠ إِنَّ رَبَّهُم بِهِمۡ يَوۡمَئِذٖ لَّخَبِيرُۢ ١١﴾ [ العاديات 1-11]"Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah, dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan kuku kakinya, dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi, Maka ia menerbangkan debu, dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh, Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya, dan Sesungguhnya manusia itu menyaksikan sendiri keingkarannya, dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta. Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur, dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada, Sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha mengetahui Keadaan mereka". QS al-Aadiyaat 1-11.Tafsir AyatAllah ta'ala memulai firman -Nya dengan mengatakan﴿ وَٱلۡعَٰدِيَٰتِ ضَبۡحٗا ١ ﴾ [ العاديات 1 ]"Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah". QS al-Aadiyaat 1.Huruf wawu dalam permulaan ayat ini disebut oleh para ahli tafsir sebagai wawu qosam untuk sumpah, sedang yang dijadikan sebagai obyek untuk bersumpah oleh Allah ta'ala adalah al-Aadiyaat yakni kuda perang yang berlari kencang. Adapun makna adh-Dhubha ialah suara ringkikan kuda dikala lari Allah ta'ala melanjutkan firman -Nya sambil mengatakan﴿ فَٱلۡمُورِيَٰتِ قَدۡحٗا ٢ ﴾ [ العاديات 2]"Dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan kuku kakinya ". QS al-Aadiyaat 2.Maksudnya kuda tersebut mampu meletupkan api tatkala berlari dimalam hari disebabkan pukulan kuku kakinya yang sangat keras ke atas Allah azza wa jalla berfirman﴿ فَٱلۡمُغِيرَٰتِ صُبۡحٗا ٣ ﴾ [ العاديات 3 ]"Dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi". QS al-Aadiyaat 3.Yaitu kuda yang merubah arah menuju kearah musuh sambil menyerang secara tiba-tiba diwaktu Allah ta'ala berfirman﴿ فَأَثَرۡنَ بِهِۦ نَقۡعٗا ٤ ﴾ [ العاديات 4 ]"Maka ia menerbangkan debu". QS al-Aadiyaat 4.Yang dimaksud dengan an-Naq'u ialah debu yang dihasilkan dari hentakan kaki kuda tersebut ketika berhadapan dengan musuh. Seperti dikatakan oleh seorang penyairSeakan debu itu berkobar-kobar diatas kepala kamiSedang kilauan pedang berkilat, bercahaya bagaikan dimalam hariLalu Allah Shubhanahu wa ta’alla melanjutkan firman -Nya﴿ فَوَسَطۡنَ بِهِۦ جَمۡعًا ٥ ﴾ [ العاديات 5 ]"Dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh". QS al-Aadiyaat 5.Maksudnya kuda-kuda tersebut maju mampu merangsek ketengah-tengah kumpulan musuh sehingga benar-benar berada ditengah medan pertempuran dan kumpulan pasukan. Sebagaimana dikatakan oleh seorang penyairMereka berada ditengah-tengah, hingga hilang dalam kumpulanDibawah serangan, dalam hujan debu yang menyelimutinyaSelanjutnya Allah ta'ala berfirman﴿ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لِرَبِّهِۦ لَكَنُودٞ ٦ وَإِنَّهُۥ عَلَىٰ ذَٰلِكَ لَشَهِيدٞ ٧ وَإِنَّهُۥ لِحُبِّ ٱلۡخَيۡرِ لَشَدِيدٌ ٨ ﴾ [ العاديات 6-8 ]"Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya, dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan sendiri keingkarannya, dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta". QS al-Aadiyaat 6-8.Disinilah letak jawaban dari sumpah-sumpah diatas. Dan yang dimaksud dengan al-Kunud ialah orang yang ingkar dan tidak mengakui akan nikmat-nikmat Allah Shubhanahu wa a’alla yang ada. Sebagaimana ditafsirkan oleh Ibnu Abbas. Sedang al-Hasan mengatakan "Yang dimaksud dengan al-Kunud ialah orang yang hanya mengingat musibah yang menimpanya dan melupakan nikmat yang banyak". [1] seorang penyair mengatakanDuhai orang yang dhalim dalam tindak-tanduknyaKetahuilah, kedhaliman akan kembali atasmuSampai kapan engkau dan hingga kapanDirimu terus mengeluh dan lupa terhadap nikmatDan keadaan manusia, sesuai sekali dengan apa yang digambarkan oleh ayat ini walaupun lisannya mengklaim tidak mengatakannya. Sedang yang dimaksud dengan al-Khair ialah harta dan kecintaan manusia terhadapnya sebagaimana digambarkan dengan jelas oleh Allah ta'ala melalui firman -Nya﴿ وَتُحِبُّونَ ٱلۡمَالَ حُبّٗا جَمّٗا ٢٠﴾ [ الفجر 20 ]"Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan". QS al-Fajr 20.Selanjutnya Allah ta'ala mengatakan dalam firman -Nya﴿ أَفَلَا يَعۡلَمُ إِذَا بُعۡثِرَ مَا فِي ٱلۡقُبُورِ ٩ ﴾ [ العاديات 1-11 ]"Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur". QS al-Aadiyaat 9.Az-Zamakhsary menjelaskan "Kosa kata ini yaitu﴿ بُعۡثِرَ ﴾ itu terambil dari dua kalimat yaitu al-Ba'tsu dan an-Nutsur. Sedang makna yang pertama adalah bangkitnya mereka dari kematian. Dan yang kedua ialah gambaran mereka ketika bangkit yaitu seperti bagaikan benih bertebaran yang disebar. Maka ini menunjukan pada kita bahwa kebangkitan mereka itu bertebaran dimana-mana seperti halnya benih manakala tumbuh". [2] dan makna ini dijelaskan secara gamblang oleh Allah ta'ala dalam firman -Nya﴿ خُشَّعًا أَبۡصَٰرُهُمۡ يَخۡرُجُونَ مِنَ ٱلۡأَجۡدَاثِ كَأَنَّهُمۡ جَرَادٞ مُّنتَشِرٞ ٧ ﴾ [القمر 7 ]"Sambil menundukkan pandangan-pandangan mereka keluar dari kuburan seakan-akan mereka belalang yang beterbangan". QS al-Qomar 7.Dan firman -Nya﴿ يَوۡمَ يَكُونُ ٱلنَّاسُ كَٱلۡفَرَاشِ ٱلۡمَبۡثُوثِ ٤ ﴾ [ القارعة 4 ]"Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran". QS al-Qaari'ah 4.Kemudian Allah Shubhanahu wa a’alla melanjutkan﴿ وَحُصِّلَ مَا فِي ٱلصُّدُورِ ١٠ ﴾ [ العاديات 1-11 ]"Dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada". QS al-Aadiyaat 10.Syaikh Ibnu Sa'di mengatakan dalam tafsirnya tentang ayat ini "Artinya menjadi jelas dan nampak isi yang ada didalam dada, dari perkara yang baik maupun buruk. Sehingga pada saat itu perkaranya berubah yang rahasia menjadi jelas, yang dalam bathin menjadi nampak terlihat". [3] hal itu, seperti yang dikatakan oleh seorang penyairTiap orang pada saat itu akan mengetahui semua perbuatanApabila dibuka catatan amalnya dihadapan AllahDan Allah azza wa jalla menutup dengan ayat -Nya﴿ إِنَّ رَبَّهُم بِهِمۡ يَوۡمَئِذٖ لَّخَبِيرُۢ ﴾ [ العاديات 11 ]" Sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha mengetahui Keadaan mereka". QS al-Aadiyaat 11.Artinya pada hari kiamat sebagaimana tersirat dalam ayat sebelumnya yang mengatakan﴿ أَفَلَا يَعۡلَمُ إِذَا بُعۡثِرَ مَا فِي ٱلۡقُبُورِ ٩ ﴾ [ العاديات 1-11 ]"Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur". QS al-Aadiyaat 9.Yang dimaksud dengan al-Khabiir ialah Allah azza wa jalla. Dan kalimat ini mempunyai makna lebih khsusus dari kata-kata al-Aliim karena terkumpul dalam makna al-Khabiir, ilmu dibarengi bahwa Allah Shubhanahu wa a’alla akan membalas dari semua perkara yang ada dalam hati baik yang nampak maupun yang tersembunyi, yang mana tidak ada yang mengetahui perkara tersebut melainkan Allah ta'ala lebih gamblang dari ini adalah manakala menyatukan dua sifat ini dalam salah satu firman -Nya﴿ قَالَتۡ مَنۡ أَنۢبَأَكَ هَٰذَاۖ قَالَ نَبَّأَنِيَ ٱلۡعَلِيمُ ٱلۡخَبِيرُ ٣﴾ [ التحريم 3 ]"Lalu Hafsah bertanya "Siapakah yang telah memberitahukan hal ini kepadamu?" Nabi menjawab "Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah yang Maha mengetahui lagi Maha Mengenal."QS at-Tahriim 3.Pelajaran yang bisa kita petikPertama Allah ta'ala telah bersumpah dengan kuda perang yang berlari kencang. Dan Allah Shubhanahu wa a’alla tidak bersumpah kecuali pada perkara yang agung, dan dengan makhluk -Nya yang menunjukan pula akan keagungannya. Dan manakala Allah Shubhanahu wa a’alla menyebut tentang kuda perang, kekuatannya, kencangnya ketika berlari kearah musuh, gagah berani menerobos musuh hingga masuk berada ditengah-tengah medan pertempuran dibawah kilatan cahaya pedang. Ini semua disebut, sebagai peringatan akan keutamaan jihad dijalan Allah serta kedudukannya yang agung dalam Adanya isyarat bagi kita untuk mempersiapkan kuda-kuda untuk berjihad dijalan Allah azza wa jalla. Didalam ayat yang lain hal itu dijelaskan secara gamblang, dimana Allah ta'ala menyuruh﴿ وَأَعِدُّواْ لَهُم مَّا ٱسۡتَطَعۡتُم مِّن قُوَّةٖ وَمِن رِّبَاطِ ٱلۡخَيۡلِ تُرۡهِبُونَ بِهِۦ عَدُوَّ ٱللَّهِ وَعَدُوَّكُمۡ ٦٠﴾ [ الأنفال 60 ]"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang yang dengan persiapan itu kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu". QS al-Anfaal 60.Dalam sebuah hadits dijelaskanقَالَ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم الْخَيْلُ مَعْقُودٌ فِي نَوَاصِيهَا الْخَيْرُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ » [أخرجه البخاري و مسلم]"Kuda yang diikatkan tali kekang dikepalanya itu adalah kebaikan sampai hari kiamat". HR Bukhari no 2850. Muslim no Didalam ayat tersirat bahwa segala perkara yang diperoleh oleh kuda perang serta para mujahidin dijalan Allah Shubhanahu wa a’alla dari debu yang menempel di seluruh tubuh disebabkan oleh hentakan kudanya, maka hal tersebut merupakan perkara yang tidak akan luput dari Allah Shubhanahu wa a’alla sehingga –Dia telah mempersiapkan bagi mereka balasan yang besar. Dalam sebuah hadits shahih Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam bersabdaقَالَ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم لَا يَجْتَمِعُ غُبَارٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَدُخَانُ جَهَنَّمَ » [أخرجه الترمذي]"Tidak akan mungkin terkumpul pada seorang mujahid, debu di medan perang dan uapnya api neraka jahanam". HR at-Tirmidzi no 1633. Beliau berkata Hadits hasan Ayat yang mulia diatas mengisyaratkan pada kita agar punya perhatian terhadap kuda serta memilih yang terbaik dari kuda-kuda yang ada. Punya keseriusan didalam melatihnya dan mempersiapkan pada momen-momen penting yang dibutuhkan olehnya, diantaranya memberikan perawatan yang cukup, sering melakukan pertandingan, melatih agar tetap bagus. Dan adanya celaan didalam ayat menunjukan akan hal sebuah hadits dijelaskan, dari sahabat Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, beliau menceritakan "Bahwa Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam berhasil melewati kuda yang kurus yang sudah berjalan lebih dahulu dari Haifa. Dan saat itu kuda tersebut sudah berada di Tsaniyatul Wada'. Dan beliau juga berhasil melewati kuda yang kuat yang sebelumnya sudah berjalan lebih dahulu dari Tsaniyatul Wada'."Kelima Allah Shubhanahu wa ta’alla menciptakan manusia dan menjadikan pada sebagian mereka sebagai tempat ujian. Dengan menciptakan pada sebagian orang beberapa sifat yang tercela, lalu membebaninya untuk berusaha menghilangkan sifat tersebut serta melatihnya sehingga bisa berpaling dari keburukannya. Sebagaimana disinggung dalam firman -Nya yang lain﴿ قَدۡ أَفۡلَحَ مَن زَكَّىٰهَا ٩ وَقَدۡ خَابَ مَن دَسَّىٰهَا ١٠﴾[الشمس 9-10]"Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya". QS asy-Syams 9-10.Keenam Didalam ayat yang mulia ini menetapkan adanya kebangkitan dari kubur setelah kematian. Yang membuktikan bahwa jasad manusia yang terpendam dalam kubur dan telah berubah menjadi tanah, kelak Allah Shubhanahu wata’alla akan menghidupkan kembali dan memberi balasan akan perkara yang tersembunyi dalam hatinya. Yaitu disaat tidak berguna lagi harta dan anak keturunan. Sebagaimana ditegaskan oleh Allah ta'ala dalam firman -Nya﴿ يَوۡمَ لَا يَنفَعُ مَالٞ وَلَا بَنُونَ ٨٨ إِلَّا مَنۡ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلۡبٖ سَلِيمٖ ٨٩﴾ [الشعراء 88-89 ]"Yaitu di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih". QS asy-Syu'araa 88-89.Ketujuh Bahwa hati merupakan tempat berputarnya kebaikan dan kerusakan dalam diri seseorang. Sehingga jika baik hatinya akan menjadikan baik pula amal anggota badannya, dan bila buruk maka akan menjadikan buruk amal anggota badan.[4]Akhirnya kita ucapkan segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla curahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau serta para sahabatnya.[1] . Tafsir Ibnu Katsir 14/436.[2] . Tatimatu Adhwaail Bayan 9/248. Cetakan Daarul Kutub Ilmiyah oleh Athiyah Salim.[3] . Tafsir Ibnu Sa'di hal 892.[4] . Pembahasan ini banyak diambil dari kitab Tafsir Adhwaul Bayan oleh syaikh Athiyah bin Muhammad Salim, muridnya Syaikh Muhammad Amin Syinqithi.
sesungguhnya manusia akan menyaksikan sendiri